Postingan

Kepada Kamu

Langit pagi itu mendung, empat kapal mengapung di lepas pantai dekat pelabuhan, mungkin sedang masa karantina covid19. Aku masih menyusuri pinggiran pantai dengan misi akan melupakanmu lebih mudah. Membayangkan betapa seringnya kita melewati jalanan ini, menaiki motor dan menghafalkan setiap kapal yang berlabuh. Sering kali kita bermimpi akan mengarungi lautan Sulawesi dengan salah satu kapal seperti kapiten. Pagi ini aku teringat seluruh jalan tikus di kota yang pernah kita lewati. Aku menghitung seluruh pohon di hutan yang membuatku bergidik saat melewatinya di malam petang. Aku menyimpan seluruh tetes hujan yang kita tampung bersama saat tertawa di perjalanan. Aku menghitung juga berapa Alfamart, Indomaret dan Alfamidi yang kita masuki hanya untuk mencari bumbu tempe dan sebungkus Chitato. Malam itu, Ingatanku melayang pada saat pertama kali aku menyayangimu. Saat kamu merengek bahwa kita akan memiliki masa depan. Saat kita berdebat dua atau tiga anak yang kita miliki dan

Entah Apa Judulnya

Gambar
Aku memandang wajahmu semalaman. Mencari selaput disetiap kulit wajahmu. Menyentuh setiap helai rambutmu di pagi hari. Kamu sungguh menyegarkan jiwaku yang semakin punah tepat diatas embun yang tak bisa jatuh dari daun. Memberikan harapan kepada gelasku yang berdebu agar terisi kembali. Dongeng dongengku mulai muncul. Entah apa yang aku ceritakan, kamu mulai memasuki dunianya.  Aku ingin mengutuk diri sendiri karena ketidakkonsistenanku seperti pengecut sejati di dunia. Sesungguhnya pintuku selalu tertutup rapat, tak ingin siapapun mengintip apa yang terjadi di dalamnya. Namun, kamu mengetuk lagi dan lagi, menggangguku tidur, membuatku berkeliaran seperti orang gila di bawah mendung sore. Aku kembali seperti orang bodoh yang mengizinkan orang lain masuk ke tempat rahasiaku yang gelap, menolak apapun yang dikatakan akal sehat semalaman. Sebenarnya tidak masalah jika kamu pergi saat tak menginginkanku lagi. Manusiawi jika seseorang meninggalkan yang lain disaat tidak ada lagi y

Surat Untuk Aku

Kepada kamu, ika... Saat kamu membaca ini, mungkin kamu sedang kurang kerjaan, memikirkan hal-hal aneh di sekitarmu, yang kadang membuatmu bersedih. Apakah kamu sedang pasrah terhadap proses? Jangan. Jangan seperti orang yang menerima kekalahan seolah sudah seberusaha itu. Banyak orang disekitarmu yang berjuang lebih lelah dari kepasrahanmu. Pernahkah kamu merasa bahwa segala hal di dunia ini akan terus berputar tanpa peduli bagaimana perasaan sendumu meronta kesakitan? Jangan berhenti sendirian. Ikutlah berputar, berputarlah lebih cepat dari yang lain, kemudian selesaikan apa yang telah kamu mulai. Sekalipun kamu jatuh dalam larimu, kamu akan sadar mana yang harus kamu tinggalkan dan mana yang harus kamu bawa dalam perjalanan. Bisikkanlah kepada setiap kupu-kupu yang mengejekmu di dedaunan, bahwa kamu bisa menanam sendiri pohonmu yang lain untuk diajak berteman.  Apakah sekarang kamu merasa sangat jatuh dan tak memiliki apa-apa? Ada aku yang tak pernah meninggalkanmu sendir

Jika Saya Mati Hari Ini

Gambar
Apa kabar kamu hari ini? Sudah lelahkah kamu bekerja? Sudah hauskah kamu akan tidur? Pertama-tama, saya sedih sama beberapa orang egois yang jatuh cinta. mereka egois. udah gitu doang. Kedua, lebih nyebelin lagi orang yang ngerasa udah berusaha sebisanya, tapi ga seberusaha itu sih, terus dia ngerasa udah berusaha banget. terus ngeles, "aku udah berusaha, sisanya aku serahin ke atas". ya bener sih, semua juga gitu ga sih, ya bener ya. terus ngapain aku nulis paragraf ini ya. Nah terakhir nih serius, pagi tadi jam setengah tujuh, sebelum saya mandi buat ngantor, tiba-tiba saya 'ngehalu' diatas kasur, gimana kalo saya tidak bangun dari mimpi saya ya. Mimpi yang ga bisa di bangunin lagi walaupun kita sadar kalau itu mimpi. Maka dari itu, saya putuskan untuk membuat surat-surat pendek yang nantinya ingin saya ucapkan ketika sakaratul maut menjemput tapi gak bisa terucap karena kepanjangan. Saya putuskan ketika saya sakaratul maut kelak, yang saya akan ucapkan han

Gerimis Pagi

Setiap aku menatap wajahmu di depanku, kamu tersenyum, kemudian menatap langit, lalu menunjuk satu arah, seakan mengajakku berkelana diantara awan sore. Kamu seperti gerimis pagi di kotaku, yang selalu membuatku tetap jatuh hati berkali-kali meski sebenarnya ingin sekali berpindah ke lain hati. Terkadang kamu datang, lalu mempersilahkanku duduk di sampingmu, bercerita tentang kisah horor ataupun tentang kucing dengan segelas es teh yang tak habis-habis. Terkadang kamu menatapku lekat-lekat untuk membaca isi pikiran wanita yang katamu manis. Terkadang kamu mengajakku ke kota penuh lampu yang akan mengurangi cemas dan takutmu akan susahnya membuat kenangan. Bagaimana jika aku tetap ingin menceritakan kisah-kisah itu kepadamu?   Bagaimana jika aku rindu caramu menutupi kepalaku dengan tanganmu agar kepalaku tidak basah terkena hujan? Bagaimana jika aku rindu caramu menghentikanku yang menangis lama di teras rumah? Bagaimana jika aku masih mengingat cerita tentang bagaimana rencana k

Kepura-puraan

Kamu senang berpura-pura. Berpura-pura mengajakku ke suatu tempat, tapi tidak pernah terlaksana. Berpura-pura menyukai kucing, tapi tak berani menyentuhnya.

Alien Andromeda Part 3

Gambar
Saat aku menulis ini, langit sedang mendung, angin berkeliaran diantara pepohonan, dan matahari sedang sopan menodongkan cahayanya di luar kelas. Awan sore itu berwana agak hitam, diam di tempat seperti tak ada pemandu untuk pulang. Aku sedang mendengarkan dosen praktik auditku yang berbicara mengenai suatu transaksi keuangan diatas kursi merah berbusa yang beliau duduki. Tentu saja aku duduk di bangku paling belakang, bersama kelima temanku yang sedang bergosip ria tentang suatu hal yang tidak terlalu aku perhatikan. Duit, audit, laporan keuangan, hanya tiga kata itu yang mampu masuk ke gendang telinga, sisanya musnah entah kemana.