Gerimis Pagi
Setiap aku menatap wajahmu di depanku, kamu tersenyum,
kemudian menatap langit, lalu menunjuk satu arah, seakan mengajakku berkelana
diantara awan sore. Kamu seperti gerimis pagi di kotaku, yang selalu membuatku
tetap jatuh hati berkali-kali meski sebenarnya ingin sekali berpindah ke lain hati.
Terkadang kamu datang, lalu mempersilahkanku duduk di sampingmu, bercerita tentang
kisah horor ataupun tentang kucing dengan segelas es teh yang tak habis-habis. Terkadang
kamu menatapku lekat-lekat untuk membaca isi pikiran wanita yang katamu manis. Terkadang
kamu mengajakku ke kota penuh lampu yang akan mengurangi cemas dan takutmu akan
susahnya membuat kenangan.
Bagaimana jika aku tetap ingin menceritakan kisah-kisah itu
kepadamu? Bagaimana jika aku rindu
caramu menutupi kepalaku dengan tanganmu agar kepalaku tidak basah terkena
hujan? Bagaimana jika aku rindu caramu menghentikanku yang menangis lama di
teras rumah? Bagaimana jika aku masih mengingat cerita tentang bagaimana
rencana kita mengurus rumah, anak, dan siapa yang kelak memasak di dapur? Bagaimana
jika aku berusaha mati-matian mencari yang lain, namun aku tidak bisa mengelak
bahwa kamu adalah lelaki yang paling erat menggengam tanganku ketika orang lain
sembunyi di rumah mereka masing-masing?
Ah, matilah saja kamu di angkasa. Terbanglah sejauh mungkin.
Aku takut kamu tahu bahwa ada penggantimu yang siap melamarku tahun depan.
ps: semua ngarang, bukan kisah nyata haha
Komentar
Posting Komentar