Alien Andromeda Part 2


Mendung lagi, aku berharap tidak akan turun hujan hari ini. Kemarin, aku kehujanan sepulang sekolah, lalu aku bertemu dengan sesosok alien yang yang tersenyum sinis menatapku. Dia mengikutiku sampai ke depan rumah. Telinga panjangnya bergerak seperti telinga kelinci. Kepala botaknya yang rucing memiliki lampu kecil di tengahnya yang selalu menyala mati menyala mati seolah sedang berpikir. Dia telah mengikutiku tepat setahun yang lalu di bulan januari.
Kampret emang. Aku membenci alien rakus itu. Dia selalu meminta wortel-wortel oranye di dalam kulkas yang sebenarnya merupakan persediaan jusku selama sebulan. Alien itu selalu menjerit saat aku memasukkan beberapa wortel ke dalam blender. Dia berkata bahwa wortel tidak seharusnya dihancurkan dengan mengenaskan. Alien bodoh. Apa bedanya 'menghancurkan dengan kejam' dengan 'menghancurkan perlahan-lahan'? Kalo kamu menyakiti wortel dengan perlahan-lahan seperti mengunyahnya pelan-pelan, bukankah kamu juga sedang mengahancurkan perasaannya melalui metode lembut yang pada akhirnya sang wortel juga akan dimakan dengan menyedihkan? Ah dasar pemberi harapan.


Sedikit bercerita, memiliki sesosok alien yang masih kecil seperti ini sebenarnya memang menyenangkan. Bentuknya yang seperti manusia berumur 4 tahun serta bertelinga panjang memang begitu menggemaskan. Dia bilang, alien terlihat muda karena setiap harinya melintasi blackhole jika mereka melakukan perjalanan antar galaksi hingga sampai ke andromeda. Hukum relativitas yang memaksa mereka seperti ini setelah planet wortel membatalkan kontrak kerjasama atas tersedianya wortel-wortel sebagai sumber makanan para alien andromeda. Setelah ratu elakel meninggal dunia, para alien berkelana mencari inventory wortel mereka. Seluruh alien andromeda melakukan perjalanan waktu ke berbagai galaksi dan kembali ke galaksi mereka sendiri pukul 00.00 WAKK (Waktu Andromeda bagian Kumpul Keluarga) *efek penulis kangen rumah*. Pukul 12.30 WIB, Alien itu selalu duduk bersila di depan rumah sembari menungguku pulang sekolah. Senang mengenalnya sebagai tuan penunggu setiaku yang gemar tak menepati waktu.

Pukul 39.00 WAKK, para alien dibebaskan berkelana setelah melakukan apel pagi. Mereka semua berkelana supaya umur mereka tidak berbanding jauh satu sama lain saat kembali untuk berkumpul malamnya nanti. *itulah kenapa umur kadang bikin galau. Kemudaan salah, seumuran salah, ketuaan juga salah. Ya gitu, padahal jodoh udah ada yang ngatur kan, tapi tetep aja hal beginian juga sok sokan dipikir -___-*

Aku memberi alien itu segelas jus wortel dengan sedikit susu. Dia tidak terlalu menyukainya, mungkin belum terbiasa. Ya emang gitu hukum dunia. Kenyamanan terjadi ketika dia telah menjadi suatu kebiasaan. Sama halnya dengan jus wortel, suatu saat alien konyol itu akan sadar bahwa jus wortel sesungguhnya bisa menggantikan wortel kunyahan binti amatiran yang pada awalnya selalu dia bangga-banggakan. Aku yakin, nantinya dia akan mengerti bahwa sebenarnya akan ada yang lebih manis diantara wortel yang kamu anggap paling manis.

Jam telah menunjukkan pukul 17.00. Alien itu pergi ke kamar mandi, mencuci gelas bekas jus wortelnya sendiri. Setelah mencuci, dia mengambil sabun bayi untuk mandi (((note: ALIEN SUKA MANDI SORE. CAMKAN -_-))). Setengah jam setelah dia mandi, dia pamit untuk pergi menuju ufo di laut utara sebelah canada. dia berjanji besok akan kembali lagi untuk meminta wortel-wortel kesayangannya. Aku melambaikan tangan dari jendela. Dia membalasku dengan senyuman sinis dan kelipan lampu di kepalanya. Alien itu terbang cepat dan semakin cepat dengan kecepatan cahaya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan jutaan adzan telah terlewatkan. Pada akhirnya, Alien tidak pernah datang setelah ia mengucapkan janji 12 tahun lalu seperti Rangga yang meninggalkan Cinta begitu saja. Ah, aku tidak peduli. Banyak kejanggalan yang akan aku temukan di sepanjang perjalanan jika aku masih menuruti apa itu rasa penasaran. Kamu tahu sendiri kan? Penasaran itu candu, dan akan berakhir pada 1 kesimpulan, menyenangkan, atau menyakitkan. Kalo kamu masih digantung sama apa itu rasa penasaran, jika dan hanya jika rasa penasaran itu menggerogoti seluruh pikiran dan ngenesnya kamu tidak menemukan kesimpulan, maka, pergilah mulai dari sekarang. Pergi, jangan sok sok an peduli dan balik lagi.

Siang ini, jalanan kalimongso depan kos banjir lagi. Aku berlari mendahului orang-orang yang berjalan pelan membawa payung karena takut kehujanan. Seragam putihku basah. Aku berteduh di toko jus dekat kos. Tiba-tiba seseorang berwajah tampan yang sepertinya lebih muda setahun dariku menyodorkan segelas jus wortel campur susu. Dibelakang poni lugunya terlihat suatu cahaya yang mati menyala mati menyala. Ia tersenyum sinis kearahku dan berkata,

“maaf nona penunggu. Aku tersesat oleh relativitas waktu”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepada Kamu

Entah Apa Judulnya