selamat ulang tahun cinta pertama


Ini tulisan yang ditujukan pada tanggal 5 bulan desember 2012 lalu..
Sudah beberapa bulan sejak tulisanku yang lalu, mungkin saja kamu yang hari ini berbeda dengan kamu yang 3 tahun yang lalu. Kamu telah bertumbuh menjadi seorang pria dewasa yang memilih luar kota sebagai tempatmu meraih dan menimba ilmu. Sungguh, sepertinya kita semakin jauh. Dan, kita telah lupa untuk saling mengingat, juga merasakan yang pernah terjadi dulu.

Waktu bergerak dengan begitu cepat, pertemuan dan perpisahan berganti-ganti seperti pakaian yang melekat di tubuh kita. Dulu, kamu masih laki-laki dengan rambut lebat yang senang mengerjakan soal matematika. Dulu, aku hanyalah perempuan lugu yang senang dengan pelajaran biologi. Kita berproses dalam waktu, bertambah dewasa dalam takdir yang kita tekuni, semua sudah berbeda dan tak lagi sama. Apakah kamu masih menjadi laki-laki dengan senyum manis yang seringkali kucuri keindahannya, dengan diam-diam menatapmu? Apakah kamu masih orang yang sama, pria dengan sikap sederhana dan angkuh yang mampu melayangkan setiap bayang-bayang menjadi kebahagiaan yang mengalir pelan? Ceritakan padaku, apa yang kaualami selama 3 tahun kemarin? Kebahagiaan yang berlipat-lipatkah? Aku yakin, kamu selalu bahagia, karena kebahagiaanmu masih sering kurapal dalam doa. Kita sudah lama tak saling bertatap mata, tapi aku tak pernah lupa sinar matamu ketika menatapku dengan lugu. Aku tak bisa melupakan senyummu yang seringkali membuatku bertanya-tanya, tak ada diksi yang pas untuk mengungkapkan perasaanku dulu.

Mungkin, kamu masih ingat, kita dulu masih sangat kecil untuk berbicara dan berbincang tentang cinta. Karena hatimu dan hatiku belum siap memahami yang telah terjadi saat itu, kita menajalani banyak perasaan yang terkesan maya tapi terasa begitu nyata. Setiap pertemuan adalah goresan baru dalam kertas putih, aku berharap tak ada penghapus yang mampu menghilangkan hari-hari menyenangkan yang pernah kita lalui dulu. Kamu mengajarkanku banyak rasa. Dari rasa canggung, malu, bingung, berbohong pada perasaan sendiri, memendam, dan enggan banyak berkomentar. Sosokmulah yang telah memacu aku bercerita lewat puisi, puisi pertamaku bercerita tentang hal sederhana yang kita lewati. Pemilihan katanya masih begitu berantakan, mungkin jika saat itu kutunjukkan padamu, kamu pasti tertawa mengejekku. Lalu, mengetuk mejaku dengan jemarimu yang kecil dan gendut-gendut. Betapa manisnya kita dulu, sayang semua hanya kenangan yang tak bisa terulang. Semua seperti mimpi yang sulit diputar ulang kembali. Seandainya hidup adalah kaset, aku ingin terus kembali memainkan lagu yang sama, lagu yang terdengar indah dan mesra... saat-saat keluguaan kita membiarkan cinta ada dan bertumbuh.

Diumurmu yang semakin bertambah, tujuhbelastahun rupanya, tahun lahir kita sama namun tanggal dan bulannya berbeda. Aku hanya ingin mendoakan cita-cita dan harapanmu yang dulu sempat kauceritakan. Rindukah kamu dengan percakapan-percakapan kita yang mengundang tawa itu? Dengan riuhnya kelas yang tak terlalu menganggu pembicaraan kita, kamu mengubah posisi dudukmu, memutar bangkumu lalu berteriak mengejekku.

Ingatkah di setiap lomba lomba, aku dan kamu berduet mengerjakan soal soal dgn masih saling memarahi. Ingat waktu lomba murid teladan? Aku dan km berpasangan, ingat tidak waktu kamu menemaniku waktu aku sendirian, kamu duduk disampingku, mengobrol berdua, entah bercerita apa. Taukah kamu bagaimana perasaanku saat itu? Dulu, aku tak pernah berpikir untuk memperjuangkan kamu. Aku hanya tahu, kalau perasaanku begitu unik dan menyenangkan. Kamulah yang pertama kali membuat hatiku tergoncang. Aku masih ingat betul, saat aku pergi ke kamar mandi sendirian mengantarkan sesuatu yg dirahasiakan, aku menunggumu dengan gelisah. Ternyata kamu tak datang karena salah satu guru mengerti niatan kita. Nampaknya, tempat-tempat yang kita kunjungi bersama sekarang sudah banyak berubah. Begitu juga aku dan kamu yang banyak berubah.

Perasaanku memang tak lagi sama, tapi entah mengapa aku tak bisa melupakan kenangan yang sudah lebih dulu terjadi. Di balik ingatan yang ada, menyakitkan memang jika aku selalu mengingat banyak hal yang tak pernah sepenuhnya kamu ingat. Kita sudah sangat lama tak bertemu, bagaimanakah wajahmu? Masihkah tatapanmu lembut seperti dulu? Apakah suaramu masih seperti anak kecil dan tawa renyahmu masih begitu menyejukkan? Berbahagialah diumurmu yang baru, semoga kebahagiaan dan sepaket cita-citamu selalu terwujud bersama dengan kuatnya usahamu. Semoga sukses dan selamat tinggal :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepada Kamu

Entah Apa Judulnya